Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Risau

Jika suatu saat nanti yang aku harapkan tidak terkabul, aku berharap semuanya berlalu tanpa ragu. Meskipun air mata mungkin akan jatuh bertubi-tubi. Rasanya mempertahankan milik Tuhan bukan kuasa manusia. Sudahlah ini tidak perlu aku pikirkan. Aku berjanji padanya untuk tidak menangisi hal- hal sepele seperti ini lagi. Tunggu! ini bukan perihal sepele. Ini lebih dari sembilan belas tahun kenangan yang aku tidak akan pernah bisa lupa. Seluruh hidupku tidak sanggup pergi. Tidak akan pernah.  Mencari-cari kesedihan hanya menambah pilu. Aku memilih hening menatap taburan bintang, dibandingkan ramai mendengar riuh bunyi hujan yang hanya memacu hati bergetar seperti mengajak untuk menangisi keadaan. Setiap dentuman air menyentuh bebatuan, tidak sedikit tanpa suara. Seperti hati yang tergores tak terdengar. Aku benci meratapi, aku benci berandai-andai bodoh. Kebodohan tingkat dewa yang hanya menggerus batin untuk semakin menyakiti ilusi pikiran tanpa kejelasan. Senyum hangat pudar suda

Catatan Orang Lemah

Terlalu banyak manusia, tapi rasanya masih sepi. Aku yang kurang bersyukur. Aku yang masih menutup diri. Selalu berusaha menjadi diri sendiri, selalu gagal. Aku sakit atau entahlah. Jujur aku lelah. Aku palsu. Aku masih belum benar-benar menjadi diri sendiri. Rapuh. Aku berusaha berulang kali tertawa, tawa palsu. Aku berusaha semaksimal mungkin ceria, tetap saja nihil. Mereka tertawa, aku tertawa. Melakukan hal konyol, menunjukkan pada dunia kebahagiaan. Itu bohong. Aku masih saja takut, dunia kejam. Atau sekali lagi mungkin aku yang sakit. Jangan tanya aku kenapa. Jawaban selalu sama, tidak apa-apa. Dia masih pemilik yang sama, aku masih menangisi yang sama. Aku tidak akan pernah siap melihat itu terjadi. Andai aku punya pilihan rasanya ingin selamanya. Apa ada dunia tempat pengabul segala keinginan? Aku sangat ingin berkunjung. Mengulang yang pernah terjadi. Membekukan hal istimewa yang berlangsung.  Rindu itu pahit bahkan kadang kala mengikis rasa suka yang sulit tercipta. Ke

Choir Choir

Malam ini aku baru pulang dari latihan choir. Hahahaha rasanya sudah lama banget nggak ketemu teman-teman choir. Aku senang sih ketemu mereka, aku juga senang akhirnya aku bisa latihan choir lagi. Walaupun aku nggak ikutan konser eksternal dan lomba di Bangkok, seenggaknya aku masih bisa ikutan nampil buat wisuda. Mungkin memang suara aku yang kurang bagus, makanya aku nggak keterima waktu audisi konser eksternal kemarin. Tapi yaudahlah, selagi masih ada kesempatan mengisi event-event kayak wisuda dll, sepertinya aku masih punya kesempatan buat latihan vokal secara gratis hahaha. Jujur aja sejak aku masuk ukm choir, aku banyak belajar teknik menyanyi gitu. Ya walaupun aku juga suka belajar otodidak sendiri gitu sih. Lupakan deh tentang itu. Aku nggak tau lagi deh kenapa aku suka banget menyanyi. Rasanya aku nggak bisa kalau satu hari aja nggak nyanyi. Dan anehnya lagi, sekarang aku udah nggak tau malu gitu. Padahal dulu aku nggak pernah percaya diri buat nyanyi di depan umum. Tapi

Satu Tahun di Asrama Putri Telkom University

Jujur saja aku masih sangat ingin berada di kota ku tercinta Balikpapan. Tetapi kondisi yang membuat aku harus segera kembali menuju kota Bandung. Hari ini, Minggu, 24 Juli 2016 aku sedang menikmati wifi Asrama Putri Telkom University untuk membuat postingan terbaru di blog ku. Entahlah mungkin aku satu-satunya orang yang begitu merasa nyaman ketika berada di Asrama ini atau mungkin banyak yang merasa begitu juga.  Di tahun pertama aku berkuliah, aku memilih untuk tinggal di asrama. Selain karena diwajibkan untuk Mahasiswa Baru Telkom University, aku pikir dengan tinggal di asrama aku bisa lebih mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan kampus yang tentunya akan sangat berbeda dengan lingkungan saat aku bersekolah dulu. Dugaan pertama ketika aku mendengar kata asrama yang terlintas ialah seperti asrama militer. Ketat dan disiplin. Ternyata dugaanku salah. Asrama Telkom University yang aku tempati memiliki fasilitas yang bisa dibilang sangat memadai.  Untuk saat ini ada enam be

Pelangi Kau Pergi

By Anisa Nur Rezky Rabu, 15 Juni 2016 Intro: Em  C  Em  C Em       C          Em Beralih dari hati ke hati C          Em       D Kala aku mencari menanti Em                               C Pelangi yang tak kan pernah kembali Em       C          Em Semusim lama ku lalui C          Em                   D Tak kunjung ku temui pengganti Em                               C Pelangi yang lama telah pergi Reff: Em                               C Pelangi kau pergi kau tinggalkan G                                 D Kau hilangkan segala harapan Em                   C                      G         D Kau biarkan kau musnahkan diriku ohhhhh Em C G D 2X Back to Reff Em                   C Kau lupakan kau hempaskan G                                 D Kau hilangkan segala harapan Em                   C                      G         D Kau biarkan aku kau musnahkan diriku ohhhhh Em                               C Pelangi kau pe

Pergi dan Melepaskan

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari perasaan yang tak kunjung diungkapkan. Perasaan yang hanya terpendam sebelum sempat tersampaikan. Meski kau rindu, tapi yang lalu sudah lah biar berlalu. Tak perlu kau tunggu, rasa itu su dah tak berlaku. Baik untukmu maupun untuknya. Namanya masih samar-samar kuingat. Kadang jelas, namun lebih sering kabur. Tawa nya renyah, serenyah fortune cookies yang sedang ketiban sial akibat kesalahpahaman membaca buku primbon milik eyang. Setidaknya malam ini aku merindukannya. Lagi. Walaupun tidak ku inginkan. Apa masih tentang dia, orang yang sama. Tidak juga. Kadang aku lelah bertanya apa maksudnya hati. Otak sudah tak sanggup memberi opini ketika hati menjejali serangkaian argumen tak masuk akal. Aku harap esok bayangnya enyah, setidaknya tidak ada lagi namanya di kepala ku. Yang kuyakini sudah lama terlupakan, nyatanya kadang masih terlintas sekelibat di pikiran. Salahku pergi tanpa alasan. Meski kubeberkan beberapa alasan masuk akal, tetap saja ia me

Berhasil

Aku paham benar, jika kamu begitu sering dikecewakan. Aku tahu pasti, bahwa kamu begitu banyak mencari. Hingga aku adalah yang kesekian. Awalnya bukan prioritas. Coba-coba berhadiah, seperti itu aku mendeskripsikannya. Seperti biasa, empati ku selalu mengalahkan logika ku. Sehingga yang ku lakukan hanyalah menerima. Jujur saja aku tidak bisa menolak secara langsung. Aku tidak suka menyakiti. Hingga aku memutuskan untuk memberikan sedikit kesempatan.  Ada hal-hal unik yang aku temukan pada dirimu. Kamu begitu gampang menceritakan duniamu kepada orang yang baru saja kamu temui. Aku berfikir itu adalah suatu taktik untuk mendekatiku, sudah basi. Kamu bukan satu-satunya orang yang pernah berbuat demikian. Hingga suatu masa, yang kamu lakukan membuat ku berdecak dan bergumam dalam hati. "Dasar manusia aneh!", seperti itu aku menghardik dirimu dalam hati kecilku. Kamu aneh dan sedikit gila. Dari sekian banyak yang pernah melakukan pendekatan, kamu adalah yang pertama berterus te

Rasanya Baru Kemarin

Waktu memang tidak pernah bermain-main. Ia tidak pernah lelah berjalan, bahkan kini semakin cepat ia  hampir seperti berlari. Aku sudah begitu sering berkata "Rasanya baru kemarin ............". Kalimat seperti itu hanya membuat aku terus menengok kebelakang. Rasanya baru kemarin. Kalimat sakti yang menghantarkan aku untuk kembali melihat apa-apa saja yang telah terjadi di waktu silam. Kalimat yang jika ditulis menjadi suatu cerita, tidak akan pernah habis. Aku hanya bisa berdecak ketika membayangkan bahwa ini sudah pertengahan tahun 2016. Rasanya baru kemarin... ah sudahlah aku tidak ingin melanjutkan kalimat itu, tidak akan pernah ada habisnya kawan. Di pertengahan tahun ini sepertinya aku telah terbiasa bertemu dengan orang baru dan berpisah dengan mereka. Nyatanya saja, malam ini adalah malam terakhir Dhea menginap di kamar Asrama kampusku tempat aku bernaung selama dua semester ini. Dhea adalah teman sekamarku di asrama, tidak hanya kami berdua, di kamar ini kami ti

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib

Sendirian

Sendiri adalah pilihan. Terkadang beramai pun tak kunjung lebih baik. Mereka memikirkan diri sendiri. Sementara aku tenang dengan kesendirian. Aku bertanya pada diri sendiri. Apa sudah bosan sendiri? Lalu sebagian besar diri ku menjawab bahwa sendiri lebih baik. Pada mulanya aku takut sendirian, hingga akhirnya kesendirian menjadi suatu kesenangan. Aku bebas dengan dunia ku. Akhir akhir ini aku begitu banyak menutup diri. Aku tahu itu. Aku mengerti bahwa aku sedang berusaha keras untuk tidak melibatkan orang lain dalam dunia ku yang sedang tidak baik.

Sama

Aku masih bertanya apa ini tafsiran yang salah, atau aku memang benar-benar merasakannya. Sejak mengenalmu beberapa minggu yang lalu, harapan yang dulu hilang seperti hadir kembali. Namun aku pikir ada atau tidak adanya harapan tentang itu, semuanya masih terlihat sama. Bahkan hari ini pun masih sama.

Benar

Semuanya menjadi lebih berarti ketika telah pergi. Ya itu sangat benar sekali. Aku merasa membutuhkannya ketika ia sudah tidak ada lagi. Seperti biasanya, aku selalu menjalankan kemauan orang lain, bukan kemauanku sendiri. Seperti itulah aku terlahir. Mengikuti kemauannya untuk membahagiakannya. Sejujurnya aku sudah sangat bosan dan sangat muak dengan kondisi seperti ini. Tetapi aku masih saja selalu menuruti apa yang orang lain inginkan, bukan apa yang aku inginkan. 

Menyesal

Sedih. Iya aku sangat sedih. Entah harus seperti apa lagi aku harus menutupi kenyataan bahwa aku sedang benar-benar bersedih. Hari pertama aku mengetahui bahwa nenekku opname , aku sangat panik dan khawatir. Kesehatan nenekku adalah hal yang paling penting untukku. Mendengar kabar tersebut dadaku nyeri. Aku sangat menyesal ketika membayangkan bahwa bukan aku yang berada di sampingnya disaat ia terjatuh sakit. Terlebih beberapa menit yang lalu baru saja aku menelponnya, dan aku mendapat kabar bahwa ia akan dioperasi. Aku hanya bisa berharap agar semuanya senantiasa berjalan dengan baik. Aku sangat menyayanginya. :') Bandung, 31 Maret 2016 11.07 WIB

Janji ku

Aku tidak pernah menyangka bahwa waktu akan berjalan secepat ini. Bahkan aku tidak sanggup membayangkan bahwa orang yang sangat aku cintai di dunia ini sudah semakin menua. Sewaktu aku kecil aku pernah merasa takut ditinggalkan olehnya. Dan aku selalu mencari keberadaannya. Namun saat ini justru aku yang pergi meninggalkannya. Aku berkuliah di luar kota dan berbeda pulau dengannya. Bandung dan Balikpapan sama sekali tidak dekat. Malam ini aku sangat merindukannya. Ia berkata jika aku pulang nanti, akan menyiapkan pesta sambutan untukku. Aku berkata padanya untuk tidak berlebihan menyambut kedatanganku. Namun ia memaksa dengan alasan, ia ingin merayakannya sekaligus merayakan hari ulang tahunku. Aku hanya diam saja. Ia belum begitu paham bahwa sebenarnya aku sangat tidak suka dengan perayaan ulang tahun. Tetapi aku sangat menyayanginya. Nenekku adalah alasan mengapa aku bisa tersenyum meskipun sedang menghadapi masa-masa sulit. Aku akan berusaha melakukan semuanya dengan sebaik-baiknya

Usaha

Banyak hal yang aku inginkan namun tidak pernah terwujud. Kadang aku berpikir, apa akan selalu seperti ini? Aku sudah mulai muak dengan semuanya. Atau aku yang kurang berjuang? Atau memang keberuntungan tidak pernah berpihak padaku? Lagi, dan lagi gagal. Ya seperti itulah alur hidupku. Aku mulai muak, tetapi bukan itu solusinya. Aku sama sekali tidak ingin berhenti, meskipun sejujurnya aku sudah sangat muak.  Beberapa tahun yang lalu orang yang aku anggap sebagai sahabat merasa sangat muak dengan sikapku. Ia berkata padaku bahwa blog lebih penting bagiku dibandingkan dengan dirinya, karena aku lebih banyak mencurahkan isi hatiku pada blog ini. Terdengar konyol namun sejujurnya, terkadang aku memang merasa hanya di blog ini aku bisa bebas berkata apapun, semauku, dan sesukaku. Suka, duka, amarah, kegelisahan, dan kegunadahan yang aku rasakan bisa dengan mudah aku curahkan melalui tulisan yang terkadang sedikit tidak wajar.  Malam ini aku sedang sakit, aku kelelahan karena beber

Bintang dan Bulan

Aku rasa hidup mu menarik, tidak seperti hidupku yang datar datar saja. Kau tahu? Aku muak dengan hari-hari menjenuhkan ini. Kuliah, latihan choir, mengerjakan tugas. Ya hanya sebatas itu saja rutinitas ku. Sementara kau tersenyum menatap dunia, aku tersenyum menatapmu tersenyum. Hai bintang yang bimbang memilah peredaran. Tersesat dalam galaksi semesta. Izinkan bulan mengemis sedikit sinar harapan. Ada padamu dan kau tak kunjung tahu. Aku minta sedikit sinar, tolong jangan berpendar. Terlalu indah ku pandang. Terlalu manis kurasa. Sebatas tabuhan biasa saja membuatku mengelu-elukanmu. Sekedar potongan cerita singkat tetap ku tunggu. Apa salah jika aku berharap kau enyah. Sebisa mungkin ku lelah melihat pesona itu. Tolol, aku selalu membaca cerita mu. Tidak istimewa tapi membuat tertawa. Jangan pikirkan itu lagi. Aku paham kau pasti bisa. Sayang, kau menunggu sosok yang tak layak kau tunggu. Jangan bagi padanya. Tidak bisakah kau melirik sedikit saja ke arah ku. Kompas milikm

Rinjani

Aku rindu mata beradu Meski malu sungguh ku mau Diam membuat mu berlalu Melepaskan ku tanpa belenggu Seandainya aku rinjani Yang kau tapaki dengan sudi Sayang, ku bukan rinjani Mustahil kau temui hingga mati Sebab-musabab tidak pernah adil Menerpa rupa dalam dimensi Berhenti sudah meratapi Sayang, ku tetap menanti Satu kali masih tak pasti Selanjutnya sisa ambisi Melupakan hanya tradisi Menyembuhkan hati esok hari

Mengapa Hanya Aku?

Aku Anisa. Aku punya kisah hidup yang berbeda dengan kebanyakan orang. Terkadang aku ingin menertawakan dunia. Mengapa dunia bisa sekejam ini menghakimi bocah mungil yang sejatinya sangat membutuhkan tameng pelindung. Sudah sejak lama aku ingin berteriak memaki dunia. Aku tidak merasa ada keadilan. Berulang kali aku hanya mampu bertanya dalam hati. "Mengapa hanya aku?". Pertanyaan yang tertahan hingga akhirnya hanya membatu dalam hati. Pertanyaan yang semakin meruncing seolah menohok ulu hati, Aku bosan seperti ini. Aku bukan anak kecil yang membutuhkan hanya sekedar perlindungan. Aku pernah ingin mati, aku pernah sangat marah. Aku pernah melewati masa-masa itu. Aku pernah sangat iri melihat tawa bahagia anak kecil seusiaku tertawa terbahak-bahak. Mengapa hanya aku?

Teropong Serbaguna

Aku punya mainan baru. Hehehe. Tadaaaaa!! Teropong. Terus terang aku nggak sama sekali mengerti tentang kualifikasi teropong ini kayak gimana . So, aku nggak bisa mendeskripsikan teropong ini dengan detail. Yang aku tahu, ya ini alat namanya teropong haha. Aku nggak sengaja menemukan teropong ini di gudang. Dan kalian harus tahu, mengamati sesuatu dengan menggunakan teropong itu merupakan hal yang sangat mengasyikan. Sejak beberapa hari yang lalu, itu jadi hobby baru aku. Aku tahu sebenarnya yang aku lakukan itu sedikit nggak sopan. Tapi mau gimana lagi, seru banget sih. Ya, tuhan maafkan ketidaksopanan ku dalam menguntit kegiatan orang lain. Sejujurnya aku sama sekali tidak bermaksud melanggar privasi orang lain. Toh yang aku lakukan hanya mengamati gerak-geriknya saja. Aku tidak melakukan hal-hal yang melanggar norma seperti mengintip orang mandi. hahahaha. Sama sekali tidak! Saat aku masih di rumah  yang di Tangsel, obyek yang bisa aku amati dengan menggunakan teropong ini tida