Langsung ke konten utama

Berhasil

Aku paham benar, jika kamu begitu sering dikecewakan. Aku tahu pasti, bahwa kamu begitu banyak mencari. Hingga aku adalah yang kesekian. Awalnya bukan prioritas. Coba-coba berhadiah, seperti itu aku mendeskripsikannya. Seperti biasa, empati ku selalu mengalahkan logika ku. Sehingga yang ku lakukan hanyalah menerima. Jujur saja aku tidak bisa menolak secara langsung. Aku tidak suka menyakiti. Hingga aku memutuskan untuk memberikan sedikit kesempatan. 

Ada hal-hal unik yang aku temukan pada dirimu. Kamu begitu gampang menceritakan duniamu kepada orang yang baru saja kamu temui. Aku berfikir itu adalah suatu taktik untuk mendekatiku, sudah basi. Kamu bukan satu-satunya orang yang pernah berbuat demikian. Hingga suatu masa, yang kamu lakukan membuat ku berdecak dan bergumam dalam hati. "Dasar manusia aneh!", seperti itu aku menghardik dirimu dalam hati kecilku. Kamu aneh dan sedikit gila. Dari sekian banyak yang pernah melakukan pendekatan, kamu adalah yang pertama berterus terang dan justru menceritakan semua kejelekan yang ada di dalam dirimu. Aku masih tidak habis pikir. Yang kamu lakukan itu sungguh sangat bodoh sekali. 

Kebodohan mu masih berlanjut, kamu sering sekali menelpon ku dan perbincangan aneh serta sikapmu itu membuat ku sangat-sangat muak. Aku benci sekali mendengarnya. Tetapi aku tidak membiarkan hal itu berhenti. Sepertinya aku yang lebih bodoh, membiarkan orang bodoh sepertimu mencoba mendekat. Sudahlah aku rasa ada yang salah dengan diriku. Sesuatu yang benar-benar salah. Bagaimana mungkin aku memberikan kesempatan kepada orang sepertimu. Nyatanya aku justru memberikan kesempatan. Tragisnya, kamu menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. 

Sampai detik ini aku masih bingung, mengapa harus kamu. Mengapa saat ini harus kamu yang menjadi alasan aku bisa tersenyum tanpa sebab yang jelas. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku bisa benar-benar merasa bahwa ini adalah perasaan yang pernah aku rasakan seperti beberapa tahun yang lalu. Aku pikir aku tidak akan pernah bisa merasakannya lagi. Terus terang kamu menyembuhkan trauma yang pernah aku alami. Walaupun tidak dipungkiri beribu keraguan menyergapku, aku tidak bisa begitu saja percaya padamu. Tetapi, saat ini aku percaya. Selamat kamu berhasil. Sepotong hati yang baru telah digenggamanmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib