Aku paham benar, jika kamu begitu sering dikecewakan. Aku tahu pasti, bahwa kamu begitu banyak mencari. Hingga aku adalah yang kesekian. Awalnya bukan prioritas. Coba-coba berhadiah, seperti itu aku mendeskripsikannya. Seperti biasa, empati ku selalu mengalahkan logika ku. Sehingga yang ku lakukan hanyalah menerima. Jujur saja aku tidak bisa menolak secara langsung. Aku tidak suka menyakiti. Hingga aku memutuskan untuk memberikan sedikit kesempatan.
Ada hal-hal unik yang aku temukan pada dirimu. Kamu begitu gampang menceritakan duniamu kepada orang yang baru saja kamu temui. Aku berfikir itu adalah suatu taktik untuk mendekatiku, sudah basi. Kamu bukan satu-satunya orang yang pernah berbuat demikian. Hingga suatu masa, yang kamu lakukan membuat ku berdecak dan bergumam dalam hati. "Dasar manusia aneh!", seperti itu aku menghardik dirimu dalam hati kecilku. Kamu aneh dan sedikit gila. Dari sekian banyak yang pernah melakukan pendekatan, kamu adalah yang pertama berterus terang dan justru menceritakan semua kejelekan yang ada di dalam dirimu. Aku masih tidak habis pikir. Yang kamu lakukan itu sungguh sangat bodoh sekali.
Kebodohan mu masih berlanjut, kamu sering sekali menelpon ku dan perbincangan aneh serta sikapmu itu membuat ku sangat-sangat muak. Aku benci sekali mendengarnya. Tetapi aku tidak membiarkan hal itu berhenti. Sepertinya aku yang lebih bodoh, membiarkan orang bodoh sepertimu mencoba mendekat. Sudahlah aku rasa ada yang salah dengan diriku. Sesuatu yang benar-benar salah. Bagaimana mungkin aku memberikan kesempatan kepada orang sepertimu. Nyatanya aku justru memberikan kesempatan. Tragisnya, kamu menggunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.
Sampai detik ini aku masih bingung, mengapa harus kamu. Mengapa saat ini harus kamu yang menjadi alasan aku bisa tersenyum tanpa sebab yang jelas. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, aku bisa benar-benar merasa bahwa ini adalah perasaan yang pernah aku rasakan seperti beberapa tahun yang lalu. Aku pikir aku tidak akan pernah bisa merasakannya lagi. Terus terang kamu menyembuhkan trauma yang pernah aku alami. Walaupun tidak dipungkiri beribu keraguan menyergapku, aku tidak bisa begitu saja percaya padamu. Tetapi, saat ini aku percaya. Selamat kamu berhasil. Sepotong hati yang baru telah digenggamanmu.
Komentar
Posting Komentar