Terlalu banyak manusia, tapi rasanya masih sepi. Aku yang kurang bersyukur. Aku yang masih menutup diri. Selalu berusaha menjadi diri sendiri, selalu gagal. Aku sakit atau entahlah. Jujur aku lelah. Aku palsu. Aku masih belum benar-benar menjadi diri sendiri. Rapuh. Aku berusaha berulang kali tertawa, tawa palsu. Aku berusaha semaksimal mungkin ceria, tetap saja nihil.
Mereka tertawa, aku tertawa. Melakukan hal konyol, menunjukkan pada dunia kebahagiaan. Itu bohong. Aku masih saja takut, dunia kejam. Atau sekali lagi mungkin aku yang sakit. Jangan tanya aku kenapa. Jawaban selalu sama, tidak apa-apa. Dia masih pemilik yang sama, aku masih menangisi yang sama. Aku tidak akan pernah siap melihat itu terjadi. Andai aku punya pilihan rasanya ingin selamanya. Apa ada dunia tempat pengabul segala keinginan? Aku sangat ingin berkunjung. Mengulang yang pernah terjadi. Membekukan hal istimewa yang berlangsung.
Rindu itu pahit bahkan kadang kala mengikis rasa suka yang sulit tercipta. Kepahitan mutlak yang sulit diatasi. Hadir sekali-kali namun menyayat. Motivator berkata jangan begitu sering menengok masa lalu. Bagaimana dengan aku yang berandai-andai kelewat batas, batas antara yang lalu dan mendatang. Aku gagal, pikir para motivator di luar sana. Aku tidak peduli.
Hadir lalu pergi. Bagaimana mungkin aku siap. Kehilangan itu pasti. Aku yang tidak akan pernah siap sampai kapanpun. Aku lemah. Sangat lemah. Seperti menunggu kebobrokan diri. Aku harap aku akan siap entah mungkin menyita waktu lama.
Bandung, 30 Juli 2016
Komentar
Posting Komentar