Langsung ke konten utama

Usaha

Banyak hal yang aku inginkan namun tidak pernah terwujud. Kadang aku berpikir, apa akan selalu seperti ini? Aku sudah mulai muak dengan semuanya. Atau aku yang kurang berjuang? Atau memang keberuntungan tidak pernah berpihak padaku? Lagi, dan lagi gagal. Ya seperti itulah alur hidupku. Aku mulai muak, tetapi bukan itu solusinya. Aku sama sekali tidak ingin berhenti, meskipun sejujurnya aku sudah sangat muak. 

Beberapa tahun yang lalu orang yang aku anggap sebagai sahabat merasa sangat muak dengan sikapku. Ia berkata padaku bahwa blog lebih penting bagiku dibandingkan dengan dirinya, karena aku lebih banyak mencurahkan isi hatiku pada blog ini. Terdengar konyol namun sejujurnya, terkadang aku memang merasa hanya di blog ini aku bisa bebas berkata apapun, semauku, dan sesukaku. Suka, duka, amarah, kegelisahan, dan kegunadahan yang aku rasakan bisa dengan mudah aku curahkan melalui tulisan yang terkadang sedikit tidak wajar. 

Malam ini aku sedang sakit, aku kelelahan karena beberapa hari yang lalu aku baru saja melalui tes fisik. Sekujur tubuhku terasa nyeri. Setelah melalui hari itu. Hari dimana aku menyadari, untuk mendapatkan sesuatu sungguh tidak semudah membalikan telapak tangan. Ada proses yang harus dilalui terlebih dahulu meski proses tersebut menyakitkan. Proses panjang yang sudah aku lakukan dengan mengorbankan banyak hal. Tetap saja hasilnya nihil. Terkadang aku merasa di sini ketidak adilan itu terpampang nyata. Bagaimana mungkin seseorang yang sudah mengorbankan segala-galanya justru tidak mendapatkan hasil apapun, sementara mereka yang tidak cukup berusaha justru menggapai apa yang diinginkannya. Pikiran picik seperti itu kembali menyeruak di kepalaku, walaupun sejujurnya aku tidak pantas menilai usaha orang lain. Semestinya aku memperbaiki diri. Bukan justru mempertanyakan ketidak adilan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib