Langsung ke konten utama

Makna Keindahan #4

Aku memang sangat berlebihan memaknai hidup. Dengan segala hal yang aku sukai di bumi ini terkadang merupakan hal sepele yang sama sekali tidak diperhatikan orang sekitar. Bahkan definisi keindahan bagiku terlalu sederhana. Tetapi aku selalu bersyukur, setidaknya karena hal tersebut aku menjadi lebih mudah dalam berbahagia.

Tidak sedikit orang-orang terdekatku menertawakan hal-hal bodoh yang sering aku lakukan. Katanya aku terlalu berlebihan. Padahal aku hanya berkata padanya mengenai hal-hal yang mungkin terlupakan. Sering kali aku bilang bahwa cahaya matahari pagi sangat indah apalagi ketika menerpa wajah, kau pasti bisa merasakan kehangatannya. Lalu aku menutup mataku sejenak dan merasakan terpaan cahaya fajar hangat menyentuh wajahku. Lantas ketika aku membuka mata, kudapati mereka hanya tertawa. “Norak lu nis!”, “Lebay banget sih haha”, “Semua orang juga tau kali!”. Lalu yang kulakukan hanya balas menertawai diri sendiri. Lantas berpikir, mungkin definisi keindahan bagiku teramat sederhana.

Bagaimana aku sangat takjub memandangi matahari terbenam dari balkon rumah ku. Memandangi segerombolan burung-burung terbang di langit luas. Mempertanyakan mana yang lebih indah diantara cahaya matahari yang  menerobos melalui ventilasi jendela atau celah-celah pepohonan. Mana yang lebih indah antara rerumputan basah dengan begitu banyaknya kunang-kunang, atau gemerlap lampu di sepanjang jalan perkotaan. Banyak hal indah yang terlupakan. Atau mungkin tidak lagi dipikirkan karena sudah terlalu sering dilihat. Atau mungkin karena begitu dekat hingga dilupakan. Gajah di pelupuk mata tak nampak sementara semut diseberang sana nampak terlihat jelas. Rupanya kalimat tersebut ada benarnya juga.

Tidak sedikit orang merogoh kocek lebih dalam hanya untuk mencari keindahan. Atau rela berjalan beratus-ratus hingga beribu-ribu meter untuk mengilhami apakah benar bumi ini indah. Berada di puncak tertinggi untuk melihat lebih luas tentang makna keindahan tersebut. Atau menyelami samudera untuk membuktikan apakah benar indah itu nyata. Lalu perjalanan demi perjalalan dilakukan. Dengan transportasi paling canggih hingga hanya dengan menunggangi kaki. Aku berharap dengan perjalanan kau bisa menemukan keindahan, jika tidak maka ada yang salah pada dirimu. Bagaimana mungkin kau sudah menempuh jarak sekian ribu meter, berkelana menuju berbagai tempat tetapi tak juga kau temukan makna keindahan.


Sementara bagiku keindahan ada pada diri sendiri, bagaimana cara mu memandang nya. Keindahan mengitari mu tergantung adakah rasa syukur mu atas ciptaan sang pelukis terindah di dunia ini. Bersyukurlah dan berterima kasih lah kepada sang pencipta atas apa yang kau lihat, atas apa yang kau rasa, yang kau dengar. Maka kau akan paham makna keindahan yang sebenarnya.


Tanggerang Selatan
Minggu, 24 Desember 2017
Anisa Nur Rezky

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib