Aku memang sangat berlebihan memaknai hidup. Dengan segala hal yang
aku sukai di bumi ini terkadang merupakan hal sepele yang sama sekali tidak
diperhatikan orang sekitar. Bahkan definisi keindahan bagiku terlalu sederhana.
Tetapi aku selalu bersyukur, setidaknya karena hal tersebut aku menjadi lebih
mudah dalam berbahagia.
Tidak sedikit orang-orang terdekatku menertawakan hal-hal bodoh yang
sering aku lakukan. Katanya aku terlalu berlebihan. Padahal aku hanya berkata
padanya mengenai hal-hal yang mungkin terlupakan. Sering kali aku bilang bahwa
cahaya matahari pagi sangat indah apalagi ketika menerpa wajah, kau pasti bisa
merasakan kehangatannya. Lalu aku menutup mataku sejenak dan merasakan terpaan
cahaya fajar hangat menyentuh wajahku. Lantas ketika aku membuka mata, kudapati
mereka hanya tertawa. “Norak lu nis!”, “Lebay banget sih haha”, “Semua orang
juga tau kali!”. Lalu yang kulakukan hanya balas menertawai diri sendiri.
Lantas berpikir, mungkin definisi keindahan bagiku teramat sederhana.
Bagaimana aku sangat takjub memandangi matahari terbenam dari balkon
rumah ku. Memandangi segerombolan burung-burung terbang di langit luas.
Mempertanyakan mana yang lebih indah diantara cahaya matahari yang menerobos melalui ventilasi jendela atau
celah-celah pepohonan. Mana yang lebih indah antara rerumputan basah dengan
begitu banyaknya kunang-kunang, atau gemerlap lampu di sepanjang jalan perkotaan.
Banyak hal indah yang terlupakan. Atau mungkin tidak lagi dipikirkan karena
sudah terlalu sering dilihat. Atau mungkin karena begitu dekat hingga
dilupakan. Gajah di pelupuk mata tak
nampak sementara semut diseberang sana nampak terlihat jelas. Rupanya
kalimat tersebut ada benarnya juga.
Tidak sedikit orang merogoh
kocek lebih dalam hanya untuk mencari keindahan. Atau rela berjalan
beratus-ratus hingga beribu-ribu meter untuk mengilhami apakah benar bumi ini
indah. Berada di puncak tertinggi untuk melihat lebih luas tentang makna
keindahan tersebut. Atau menyelami samudera untuk membuktikan apakah benar
indah itu nyata. Lalu perjalanan demi perjalalan dilakukan. Dengan transportasi
paling canggih hingga hanya dengan menunggangi kaki. Aku berharap dengan
perjalanan kau bisa menemukan keindahan, jika tidak maka ada yang salah pada
dirimu. Bagaimana mungkin kau sudah menempuh jarak sekian ribu meter, berkelana
menuju berbagai tempat tetapi tak juga kau temukan makna keindahan.
Sementara bagiku keindahan ada pada diri sendiri, bagaimana cara mu
memandang nya. Keindahan mengitari mu tergantung adakah rasa syukur mu atas
ciptaan sang pelukis terindah di dunia ini. Bersyukurlah dan berterima kasih
lah kepada sang pencipta atas apa yang kau lihat, atas apa yang kau rasa, yang
kau dengar. Maka kau akan paham makna keindahan yang sebenarnya.
Tanggerang Selatan
Minggu, 24 Desember 2017
Anisa Nur Rezky
Komentar
Posting Komentar