Langsung ke konten utama

Lightsaber #1


Ini menjadi hari pertama ku menjalani aktivitas tanpa sosial media. Tidak menggunakan Instagram, Twitter, Facebook.  Aku hanya beberapa kali membuka Line untuk memantau beberapa hal penting terkait perkuliahan. Rasanya tidak jauh berbeda, hanya saja kali ini aku tidak begitu memperdulikan smartphone yang biasanya selalu ku cek beberapa menit sekali. Aku menjadi lebih lepas dan tidak tergantung dengan benda pintar itu.

Lantas apa yang aku lakukan hari ini? Hehehe apakah aku harus menceritakannya? Baiklah akan ku ceritakan. Hari ini adikku yang paling bungsu baru saja pulang dari pondok pesantren tempat ia menimba ilmu. Ia menjadi lebih tinggi dari ku beberapa inchi. Rasanya kemarin ia hanya sepundak ku, tidak melebihi tinggi ku. Tetapi di sisi lain aku merasa bersyukur, aku pikir ia akan selamanya pendek hahaha. 

Kami berbincang banyak hal, lebih tepatnya mengomentari unggahan video di  YouTube mengenai senjata mainan yang wujudnya menyerupai senjata asli hanya saja output dari senjata tersebut bukan peluru biasa tetapi suatu material dari plasma. Kami juga mengomentari mengenai senjata lightsaber di film Starwars, dimana channel  YouTube tersebut mengunggah bagaimana cara membuat replika dari lightsaber yang ternyata tidak begitu rumit dalam membuatnya. Hanya memerlukan material tungsten atau biasa lebih dikenal dengan wolfram yang di beri tegangan dari power supply, kalau tidak salah input tegangannya sekitar 650 V , aku tidak mengingatnya dengan jelas hehehe. Mengapa harus tungsten? Karena material tersebut titik lebur nya sangat tinggi sekali, meskipun dipanaskan dengan cara diberi tegangan yang sangat tinggi,masih saja tidak melebur. Dan masih banyak lagi video-video yang kami komentari.

Perbincangan tersebut berlangsung cukup lama, sampai akhirnya sore hari telah tiba dan kami sekeluarga memutuskan untuk pergi menonton film di Bioskop di salah satu Mall dekat rumah. “Keluarga” disini maksudnya ialah aku, mama, dan Abim (si bungsu). Sementara Ewal (adikku yang pertama) tidak tertarik untuk pergi menonton film tersebut, entahlah mungkin karena ia sedang berpuasa, jadi ia berpikir untuk lebih baik buka puasa di rumah saja, atau mungkin ada alasan lain yang aku tidak ketahui karena aku tidak menanyakannya wkwk. Selain Ewal yang tidak ikut, papa juga lagi-lagi tidak ikut. Karena papa sedang sibuk tugas di pulau terluar Indonesia. Lebih memilih menjaga negara dibanding keluarga, sebenarnya antara bangga sama miris sih. Hahahahaa tapi sebagai anak, aku hanya bisa mendoakan semoga cepat pulang.

Sesampainya di Bioskop, aku sedikit kaget sih. Rasanya ini bukan weekend tetapi kok ramai sekali. Memesan tiket saja sampai antre. Aku memiliki opini mungkin karena sedang berada di akhir tahun dan banyak sekali film-film bagus sehingga banyak orang berbondong-bondong untuk ingin menonton film kesukaannya. Tetapi mama ku punya argumen yang bisa dibilang cukup logis juga. Ia berkata padaku bioskop hari ini bisa ramai karena ini hari Kamis. Dimana hari kamis adalah hari terakhir harga tiket di bioskop murah (harga weekdays). Karena besok adalah hari Jumat dan harganya akan naik, biasanya sebesar lima ribu rupiah, lalu di hari Sabtu dan Minggu naik sekitar sepuluh ribu rupiah dari harga weekdays.Masuk akal bukan?

Film Starwars:Last Jedi cukup menarik tetapi lagi-lagi durasi setiap sekuel film Starwars selalu lama. Membuat kami lapar, hingga akhirnya sepulang menonton kami memutuskan untuk mampir di salah satu tempat makan yang menu andalannya ayam geprek. Ini kali kedua aku makan di tempat tersebut, dan sebelumnya baru kemarin makan di tempat itu. Sedikit aneh sih dalam dua hari berturut-turut makan di tempat yang sama dengan menu yang sama. Ayam geprek Mozarella. Demi apapun itu enak banget. Dan menu tersebut masuk kedalam list makanan kesukaanku setelah sate padang dan mie ayam. Hehehe.


Anyway, ini sudah hari Kamis, besok lusa hari Sabtu. Hari dimana aku sekeluarga akan melakukan perjalanan menuju kota Malang. Lagi-lagi tanpa papa. Padahal liburan tahun lalu saat kami berlibur di Bali, papa juga tidak turut serta. Sudah dua tahun kami tidak berlibur akhir tahun bersama papa. Terakhir kali pada saat liburan akhir  tahun 2015 di Bandung. Aku hanya bisa berdoa semoga secepatnya keluarga ini bisa berkumpul lagi. Aamiin. Begitulah cerita ku hari ini. Jangan lupa terus ikuti perjalananku di Empat Belas Hari Tanpa Sosial Media. Terima kasih sudah membaca!


Tanggerang Selatan
Kamis, 21 Desember 2017
Anisa Nur Rezky

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib