Tempat ini terlihat sangat asing bagiku, bagaimana mungkin selama tiga puluh hari aku harus memijak papan bukan tanah. Dan aku harus terbiasa hidup diatas papan yang di bawahnya air mengalir seperti sedang berada diatas sungai. Kau tahu? Aku rindu berlari-lari diatas tanah, rasanya aku ingin cepat pulang. "Perkampungan macam apa ini?" batinku dalam hati. Bagaimana mungkin di zaman yang serba modern, pasokan listrik di daerah ini masih saja kurang. Sehingga listrik hanya menyala setengah hari, yaitu dari pukul enam sore sampai pukul enam pagi. Dan lagi aku mengeluhkan perkampungan diatas air yang dengan jelas berada di tengah-tengah hutan Kalimantan tepat di hulu sungai Mahakam. Dimana ketika aku membuka pintu belakang rumah, dengan jelas bisa melihat Bekantan, monyet, bergantung di pohon-pohon. "Jangan lupa tutup pintu!". Begitulah tante ku selalu mengingatkan, karena nanti bisa saja mereka hewan-hewan yang sedang bergantung itu memasuki rumah. Baiklah, aku me...
Let bygones, be bygones, do better next time!