Langsung ke konten utama

PDKT, Pacaran? Hubungan Tidak Jelas

Konfirmasi atas foto yang aku unggah di instastory ku, dua hari yang lalu. Itu foto ku dengan salah satu teman baik ku. Kami benar-benar hanya berteman. Kebetulan dekat karena ia merupakan partner kerja di organisasi yang ku tekuni kurang lebih hampir dua tahun. Memang lebih dari teman biasa karena aku pribadi sudah menganggap ia seperti keluarga sendiri. Aku selalu bersyukur karena seringkali berada di lingkup pertemanan yang sehat, memiliki banyak teman yang bisa memotivasi diriku agar senantiasa menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. 

Mengapa aku memilih untuk membuat konfirmasi seperti ini? Karena banyak yang sedikit salah paham. Banyak yang mengira bahwa itu adalah foto ku dengan gebetan baru ku, hahahahha ada juga yang berpikir kami dalam keadaan sedang pedekate. Sekali lagi aku tegaskan, bahwa kami hanya teman. Meskipun ada saja yang menyeletuk "Semuanya juga berawal dari teman kok" tiap kali aku bilang bahwa, kami hanya berteman. HAHAHAHA.

Tidak hanya disitu bahkan ada yang bertanya mengenai perasaan ku terhadapnya. Dan pertanyaan seperti ini membuat aku sedikit bingung, bagaimana cara menjelaskannya. Karena menurutku segala hal yang terkait dengan perasaan, hanya bisa dirasakan. Sulit sekali untuk bisa didefinisikan dengan kalimat. Meskipun mungkin bisa. Tetapi atas pertanyaan ini, aku cenderung berkata pada yang menanyai ku bahwa, yang bisa mengetahui bagaimana perasaan ku terhadapnya. Hanyalah orang tersebut, karena ini menyangkut perasaan dua orang manusia. Agak sulit menjelaskannya. 

Sederhana nya seperti ini. Aku mempunyai anak kucing yang lucu sekali, lalu orang tua ku bertanya pada ku bagaimana perasaan ku terhadap anak kucing itu. Lantas orang tua ku tidak akan bisa mengerti bagaimana perasaan ku terhadap anak kucing itu meskipun aku sudah menjelaskan dan mendefinisikan perasaan ku, yang bisa mengerti perasaan ku kepada anak kucing itu jelas hanyalah anak kucing itu. Dia bisa saja mengetahui perasaan ku kepadanya melalui tindakan atau bagaimana cara ku memperlakukannya. Jadi kesimpulannya yang bisa paham dan mengerti bagaimana perasaan ku kepada orang yang berada di foto yang aku upload tempo hari di instastory ku, ya hanyalah ia sendiri. 

Lagi pula, aku sudah berusia dua puluh satu di tahun ini. Aku sudah tidak lagi menganggap pedekate-pedekate tidak jelas yang berujung pacaran, kemudian berakhir putus  adalah sesuatu hal yang keren. Aku sama sekali tidak berpikir untuk berada di hubungan pacaran terlebih pacaran yang tidak jelas, yang penuh drama. Come on! sudah dua puluh satu tahun, rasanya berpacaran bukanlah prestasi yang konkret. Toh itu hanyalah bentuk ketidak pastian yang benar-benar nyata. Bisa saja kau berpacaran bertahun-tahun lantas kandas di tengah jalan, hanya menambah luka bukan? Yang pasti-pasti saja lah. Ada banyak cara menyayangi dan mencintai seseorang tanpa harus berpacaran. 

Aku pernah berpacaran dua kali dan terluka dua kali, dua-duanya menyakitkan. Serta di kedua hubungan tersebut  pernah ada janji untuk selalu bersama, janji untuk tidak menyakiti, berpikir bahwa ini akan menjadi yang terakhir. Tetapi apa? Sama saja bukan. Itu hanya omong kosong, karena memang tidak ada yang benar-benar nyata atas hubungan yang sebenarnya pun tidak jelas. Dan aku pikir pacaran bukanlah solusi yang tepat jika kau ingin benar-benar menyayangi atau mencintai seseorang. Semua pemikiran ini berlandaskan atas apa yang pernah aku rasakan. Ini hanya opini,jadi jika kau tidak sepakat jangan mendebat. Karena setiap orang punya opini nya masing-masing. 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib