Langsung ke konten utama

Sanur sehat?


                "Kadangkala aku teringat banyak hal tentang kita, iya tentang aku dan kamu. Walaupun mungkin disini hanya aku yang memikirkan kenangan kita yang telah lama terkubur. Kamu harus tahu bahwa ingatan ku sangat tajam mengenai hal yang bersangkutan dengan kebersaaman kita ini. Aku ingat sekali betapa manisnya kamu saat tersenyum kepadaku. Aku masih ingat ketika kita membeli ice cream dan memakannya di sebuah halte. Kamu harus tahu bahwa sejak itu aku sangat menyukai halte dan keindahan senja kala mentari mulai redup dan langit mulai gelap, ketika itulah aku menemukan lentera yang menyulut hatiku.

                Tidak banyak yang tahu bahwa aku sangat menyayangimu, bahkan aku menjauh darimu karena aku sangat sayang padamu. Seandainya kamu bisa tahu bahwa pada saat itu, perasaanku jauh lebih dalam dari apa yang kamu rasakan terhadapku. Sudah terlalu lama aku memendamnya dengan rapi bahkan jauh sebelum kita bisa sedekat itu. Bahkan saat kamu mengatakan kata cinta padaku, hati ku benar-benar ingin meledak. Kau harus tahu itu perasaan yang sangat luar biasa. Namun apa yang kulakukakan? Aku berpura-pura seolah aku tidak punya rasa sedikit pun padamu dan aku akui itu suatu tindakan bodoh yang pernah aku lakukan di dalam hidupku ini"
***
Yang namanya perasaan mau kayak gimanapun gak akan bisa dipaksain. Nahloh gak nyambung sama kutipan yang diatas. Intinya kalau kamu sayang sama orang lain jangan ngelakuin hal bodoh kayak aku gitu, entar nyesel di kemudian hari. Gak enak banget yang aku rasain. Bayangin aja, sekarang tiap ketemu doi, jangankan saling sapa, dia ngeliat ke arahku aja itu gak pernah. Pait banget deh. 

Sanur, sanur...
Kamu unik ya, kadang nulisnya galau bener, kadang nulisnya gak jelas kayak gini. Mungkin ini efek setres habis pra UN, duh besok lusa semesteran, habis semesteran Ujian Akhir Sekolah, trus habis itu UN ONLINE CBT! Maygatttt..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib