Langsung ke konten utama

Aduh #2

Selamat malam , masih  di sesi curhat yang kemaren, disini aku mau cerita tentang lanjutan dari kisah yang ku alami. Kisah kali ini bukan mengenai perselisihan, bukan mengenai pertentangan apalagi yang berbau SARA. Tidak! tidak! tidak seperti itu haha, aku masih cinta perdamaian. Di dalam postingan ini aku hanya ingin sekedar bercerita sedikit  tentang................
 pffftttttttttttttttt " DIA ". 

Siapakah " DIA "? 
Mungkin aku akan sedikit menjelaskan siapakah sosok dia yang ku maksud dalam postingan ku kali ini. Dia hanya sesosok bayangan yang akhir-akhir ini selalu menguasai otak dan pikiranku, selalu bernaung dalam benakku, selalu menyita perhatiankku dan selalu menjadi bunga tidurku di saat aku mulai terlelap. Jujur saja aku sangat enggan memikirkannya namun sangat di sayangkan bayangannya selalu hadir setiap saat pelan-pelan dan selalu tak terduga. Semakin aku berusaha tidak mengingatnya tetapi justru otakku seperti terprogam untuk selalu mengingatnya. Sampai akhirnya dia berhasil menjadi satu dari sekian alasan deret senyum tipis yang menghiasi wajahku ini. 

Jadi begini ceritanya........

***

Perlahan tapi pasti ada sesuatu yang berkembang dalam hati kecil ku. Aku tidak ingin mengakui bahwa aku tengah jatuh cinta, tidak sama sekali tidak. Anggaplah ini sebuah perasaan nyaman yang tumbuh merekah melekat dalam detak jantung serta pembuluh nadi yang ikut mengalir dalam aliran darah di sekujur tubuh ini. Apa aku berdusta? mungkin iya mungkin tidak. Aku hanya tidak ingin melakukan suatu kesalahan yang fatal dengan meletakkan setitik noktah hitam yang mampu menghancurkan semuanya. Kau bisa katakan bahwa aku sedang berdusta ya tentu saja aku sedang berdusta, aku hanya berpura-pura tidak menaruh sedikitpun perasaan terhadapnya. Namun ku pikir tindakan yang ku lakukan sangatlah wajar dilakukan oleh siapa saja yang berada di posisi seperti ku ini. Di posisi ketika perasaan itu mulai tumbuh di tengah-tengah persahabatan yang sangat menyenangkan ini. Di kala mulut terbungkam tak mampu berkata keseorangpun dan hanya hati yang mampu berbicara, mengadukannya kepada sang pencipta.

Semakin aku mengingkari bahwa perasaan itu memang ada semakin sering bayangannya hadir lagi, hadir lagi, dan terus hadir. Yang aku lakukan saat ini hanyalah sekedar menahan pandangan matanya apabila kami sedang berdekatan. Tak mampu mengucap sepatah dua patah kata apabila tanpa sengaja mata ku dan dia saling beradu. Sudahlah aku benci mengingatnya namun aku menikmatinya.

Aku benci  memiliki perasaan yang lebih terhadapnya, terhadap dia orang yang sebegitu dekatnya dengan ku. Asal kau tahu, bahwa mencintai orang yang dekat dengan kita sangat tidak mudah. Walaupun aku sudah terbiasa dengan celotehannya mengenai perempuan lain yang ia taksir namun tetap saja bukan hal yang mudah. Tetapi aku akan tetap berjanji  selalu ada untuknya kapanpun dan dimanapun dia membutuhkanku, walaupun aku tahu bahwa tidak sedikitpun bayangan diriku ada di bola mata indah miliknya itu. Cukup menjadi sahabat nya dan bisa berada di dekatnya sudah merupakan anugerah terindah yang tuhan berikan kepadaku. Aku mencintainya tanpa banyak bicara dan hanya dalam kehingan diamku saja. Tak pernah terfikirkan untuk mengungkapkannya karena aku takut akan merusak persahabatan indah ini. 


***

Aku tak ingin berdusta lagi, biarkan aku mengatakan yang sejujurnya melalui postingan singkat  ini dan menuangkan serta meluapkan segenap emosi yang tak sanggup ku utarakan dan kuungkap. Hati ku tak mampu berbohong lagi, inilah kenyataanya. Aku mencintainya dalam diam dalam ketulusan yang tak terkira entah sedalam apa perasaan ini terhadap sosok bayangan itu.

Harus kau pahami bahwa secuil pun aku tidak mengharapkan imbalan berupa apapun dan aku tidak berharap dia memiliki persaan yang sama.Semurni dan setulus ini perasaan ku padanya karena dalam diamku selalu ada namanya yang kusebut di setiap doa-doa ku. Dan setiap senyum yang merekah di bibirnya adalah suatu kebahagiaan yang besar untukku. Senyum miliknya melebihi keindahan semburat sang fajar kala petang hari yang tersungkur menuju sarang persembunyian. Tatapan indahnya mengalahkan beribu bongkahan permata di dunia ini. Tigakata untuknya.

“Aku Cinta Dia”


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib