- Bawang Putih = Eprina Amalina
- Bawang Merah = Anisa Nur Rezky
- Pangeran = Lucky Mahendra
- Ibu Bawang Merah = Rohadatul Aisy
- Bapak = Dimas Dwi Prabowo
- Pengawal = Ramdani Dwi Cahya Efendi
Bawang Putih
hidup disebuah kota metropolitan dan berada di tengah-tengah keluarga yang kaya
raya bahagia serta harmonis. Namun
semenjak ibu kandung bawang putih meninggal dunia dan ayahnya menikah
lagi, keadaan tersebut seolah terbalik seakan langit mentertawakanya. Bawang
Putih, tidak dimanja dan hidup bahagia tetapi saat ini hidupnya penuh dengan
siksaan dan hinaan serta omelan dari saudara tirinya yang bernama Bawang Merah
dan ibu kandung nya, hingga suatu ketika si Bawang Merah memanggil Bawang Putih
dengan penuh amarah.
Bawang Merah :
“ Putih… Putih…!! kesini kamu. Kamu… harus membersihkan ruang tamu ini sampai
bersih, jangan sampai ada debu-debu yang masih menempel.” (sambil berkacak
pinggang).”Ingat ya!” (menjitak kepala Bawang Putih) “kalau sampai aku datang
ruangan ini tidak bersih tahu sendiri nanti akibatnya!” (mencebir dan membuang
muka).
Bawang Putih : “Baik, Bawang Merah!” (merunduk dan pergi
mangambil sapu).
Ibu Bawang Merah : “Lho, kok sepi. Bawang Putih kemana ya, kok
ngak kelihatan! (sambil melihat kanan kiri) Putih… Putih… Putih…! kemana ya
anak itu dipanggil-panggil gak nyaut!”
Bapak :”
Ada apa sih bu…!” (dengan perasaan tanda tanya).
Ibu Bawang Merah : “Eh…!
Bapak, lho kapan Bapak yang datang kok Ibu nggak dengar Bapak ngetok-ngetok
pintu.” (sambil memegang tangannya).
Bapak : “E… tadi bu, memang Bapak sengaja nggak
ngetok-ngetok pintu, soalnya bapak dengar Ibu berteriak-teriak
memanggil-manggil Bawang Putih, Emangnya si Bawang Putih kemana bu? Dan kenapa
dia?” (dengan penuh keheranan).
Ibu Bawang Merah : “Oh
tidak ada apa-apa pak Ibu takut Bawang
Putih kenapa-napa, e tak tahunya lagi istirahat dikamarnya, pak.”.
Bapak :
“Terima kasih ya bu, Bapak bangga sekali punya istri sebaik Ibu, dan saya
sayang sekalisama Ibu juga anak kita berdua, kalau begitu Bapak berangkat
berdagang lagi ya bu, paling disana saya 1 minggu. Ibu jaga diri baik-baik ya
dan juga anak kita baik-baik, oh ya ini ada sedikit uang buat belanja (sambil
menyodorkan uang).Baiklah bu Bapak berangkat dulu ya.”
Ibu Bawang Merah : “Iya
pak (sambil mencium tangan Bapak) hati-hati dijalan, da…! Hem… dasar suami
bodoh, kamu kira saya betul-betul mencintai kamu apa! Tidak ya, saya hanya
mencintai uang dan rumah kamu ini… ha… ha… ha… (sambil menepuk-nepuk uang).
Putih… putih…putih… kesini kamu! (berkacak pinggang).
Bawang Putih
: “Ya… ya… bu, ada apa bu?”
Ibu Bawang Merah : “Kemana
aja sih kamu ha… kemana aja? (sambil menarik dan mendorong Putih)
dipanggil-panggil dari tadi nggak ada jawaban, kamu tuli ya… (sambil membuang
muka).
Bawang Putih :
“Baik bu…!” (dengan nada ketakutan).
Ibu B. Merah
: “Ya bagus, (sambil mengangguk-ngangguk kepala) sekarang kamu cuci baju itu
sampai bersih mengerti? Ingat Bawang Putih, sebelum Ibu datang cucian ini dan
lantai ini sudah harus bersih! Dengar….!” (nada keras membentak).
Maka berangkatlah Bawang Putih ke
suatu tempat untuk mencuci baju itu, bawang
putih tertawa dan berkata!
Bawang
Putih : “Enak aja tuh
emak-emak nyuruh aku nyuci baju, emangnya aku pembantu apa? Haha mending aku
taruh aja di laundry beres kan.” (sambil tertawa)
Lalu
Bawang Putih memasukan pakaian tersebut ke dalam tas besar dan membawa pakaian
tersebut ke tempat laundry. Sesampainya Bawang Putih tidak sengaja menabrak
sesorang yang lewat. Sehingga pakaian-pakaian yang di bawanya terhambur.
Bawang
Putih : “Kamu kalo
jalan liat-liat dong!! Kamu kira ini jalanan punya nenek moyang mu apa”. (sambil memberesi pakaian yang
terhambur)
Pangeran : “Maaf nona, bukannya
kamu yah yang nabrak saya? Kok jadi bentak-bentak gitu?. (sambil melontarkan
senyuman), Mari saya bantu nona” (tidak sengaja mengenggam tangan Bawang Putih)
Bawang
Putih : “eh, kamu gak
usah cari kesempatan dalam kesempitan deh!”. (bawang putih mulai berontak)
Pengawal : “Nona jangan
kasar seperti itu! Dia itu seorang pangeran, saya saja ditugaskan untuk
mengawal dia”. (menasihati bawang putih)
Pangeran : “Maafkan saya
nona, perkenalkan nama saya Raden Adi Pati”. (tersenyum dan menyalami Bawang
Putih)
Bawang
Putih : “Saya Bawang
Putih! (Jawab Singkat dan berlalu begitu saja)
(LAGU RAN “
PANDANG PERTAMA”)
Pengawal : “Gila tuan, itu
gadis jutek nya naudjubilaaahh.. untung dia cepat pergi” (sambil
bergeleng-geleng kepala)
Pangeran : “Dia cantik yah,
dia beda dari gadis-gadis yang lain” (sambil tersenyum)
Pengawal : “Jangan jangan
tuan suka yah??” (menatap heran)
Pangeran : “Iya, tetapi
sepertinya sudah terlambat lagi. Dimana rumahnya kita tidak tau kan? “ (berkata
dengan lesu)
Pengawal
: “Dia belum jauh tuan, ayo kita ikuti” (berjalan dan mengikuti bawang putih)
Kemudian berangkatlah Pangeran dan 2 pengawalnya untuk menuju rumah Bawang Putih, Pangeran merasa dialah wanita yang selalu diidam-idamkan, kemudian si Pangeran bergegas pergi ke rumah si Bawang Putih.
Ibu Bawang
Merah : “Anakku coba lihat
disana, siapa itu yang datang?” (dengan penuh keheranan).
Bawang Merah : “Iya bu, dia teman sekolah
saya bu , lelaki paling tajir dan ganteng..” (dengan senyuman).
Ibu Bawang Merah :” Tenang anak ku sayang, Ibu tahu
kedatangan lelaki itu untuk mencari anak ibu yang paling cantik ini. “ (sambil
memegang pundaknya).
Bawang Merah : “Benarkah itu bu?”.
Pangeran : “Permisi…,
permisi…!”
Ibu
Bawang Merah : “Oh kamu temannya
Bawang Merah kan? Bawang Merah sering cerita banyak tentang kamu. Ini bawang
merah mari silahkan masuk dan ngobrol di dalam” (mempersilahkan masuk).
Pangeran : “Terimakasih ibu,
tetapi sebenarnya maksud dan tujuan saya berkunjung kemari saya ingin bertemu
Bawang Putih, apa benar ini rumah Bawang Putih.”
Bawang
Merah : “Kamu salah rumah
yah! Ini bukan rumah Bawang Putih! Disini dia hanya seorang pembantu saja! (membentak)
Pangeran : “Tidak masalah,
saya tetap ingin bertemu bawang putih”
Ibu
Bawang Merah : “Dia hanya
pembantu!!!! Hanya pembantu saya tidak ingin pangeran bertemu dengan seorang
pembantu!!
Bawang Merah : “Huuuh…! Bawang Putih, Bawang
Putih lagi, emangnya nggak ada orang lain selain Bawang Putih, huuuh… sebel…!!”
(sambil menghentakkan kaki). “Putih…! Puith…!!”
Bawang Putih : “Iya, ka…!!!”
Bawang Merah : “Kesini kamu lihat ini ada
Pangeran mau ketemu kamu.” (dengan mimik yang sinis penuh kebencian).
Tiba-tiba Bapak Bawang Putih masuk dan bertepuk tangan dengan kencang.
Dia telah mendengar semua perkataan Bawang Merah beserta ibunya. Dengan tegas
ayah pun berkata.
Bapak : “STOP!
Dia anak saya anak kandung saya. Dia bukan PEMBANTU! Ternyata saya telah salah
menilai kamu. Saya pikir kamu bisa merawat dan menjaga anak-anak dengan baik
dan tidak membeda-bedakan! Nyatanya! Kamu bertindak kasar terhadap bawang
putih!
Ibu Bawang Merah : “Pak ini hanya salah paham saja,
bapak salah mendengar”
Bapak : “Pendengaran
saya tidak mungkin salah mulai saat ini kita CERAI!”(bentak bapak)
Bawang Merah : “Jangan pak..! kami berjani
tidak seperti ini lagi” (Bawang merah memohon)
Ibu Bawang Merah :”Maafkan saya pak, saya khilaf saya
berjanji tidak akan seperti ini lagi pak. Saya berjanji pak. (bersujud dan
memohon)
Bapak : “Baik saya
kasih ksempatan ibu 1 kali lagi, tetapi ibu jangan mengulangi lagi ya “ (seru
bapak)
Pengawal : “Baiklah karna
semua masalah sudah terselesaikan, izinkan pangeran mengungkapan sesuatu hal
yang bergejolak dalam dirinya”
Pangeran :”Sejak saya
melihat Bawang Putih saya sangat tertarik dan saya ingin sekali Bawang putih
dapat menerima cinta saya ini. Bawang putih maukah kau hidup bersama ku, maukah
kau menjadi yang terakhir untukku, maukah kau membagi kisah hidup berdua
denganku. Berjanji kau tak akan ku sakiti bawang putih” (mengenggam tangan
bawang putih sembari memberikan bunga)
Pengawal :”Terima saja Bawang
Putih kami semua sangat menunggu jawaban mu”
Bapak :”itu
artinya Bawang Putih mau” (tersenyum)
Akhirnya
Bawang Putih menerima pangeran dan keluarga Bawang putih hidup harmonis seperti
dulu lagi. Gelak dan Canda tawa Bawang Putih kembali terdengar. Tak ada
tangisan dan kesedihan. Langit tak lagi mentertawakan. Langit seakan berpadu
sangat indah terkesan tersenyum dengan ramah.
(LAGU AFGAN “BUKAN
CINTA BIASA”)
“Kejahatan tidak bisa mengalahkan kebaikan,
dan manusia memang mahluk paling sempurna di muka bumi, namun karna
kesempurnaan itu kadang mereka lalai pada apa yang membuat mereka menjadi
sempurna”.
Komentar
Posting Komentar