Langsung ke konten utama

Kegagalanku Awal Keberhasilanku

Aku lelah, aku lelah selalu gagal. Ini sudah kedua kalinya aku harus menerima kegagalan yang sejatinya sangat tidak kuinginkan. Beberapa hari yang lalu aku gagal mendapatkan beasiswa penuh di salah satu universitas swasta yang notabene nya merupakan salah satu universitas swasta terbaik di negeri ini. Sekarang, aku gagal diterima melalui jalur SNMPTN. Salahku yang tidak menyadari kemampuan diriku sebelum aku memilih PTN. Salahku yang tidak realistis saat memilih PTN yang kuinginkan. Salahku pula yang tidak berusaha maksimal. Saat ini hanya penyesalaan demi penyesalan yang mencuat. Mengapa saat itu dengan bodohnya aku memilih universitas yang jelas-jelas memiliki peminat terbanyak pendaftaran SNMPTN?

Masih banyak tes-tes yang harus aku lewati baik USM sekolah kedinasan maupun SBMPTN, apa semuanya akan berakhir dengan pernyatan "Mohon maaf anda dinyatakan tidak lulus?" . Tentunya tidak jika aku mau berusaha keras! Berhenti bermain-main! Keledai saja tidak akan jatuh di lubang yang sama, aku tidak akan lebih buruk dari seekor keledai jika aku memulai nya dengan serius dan berhenti bersikap pesimis. Aku sempat berfikir untuk melanjutkan studiku di swasta, sampai pada akhirnya aku menyadari bahwa aku akan menyusahkan orang tua, walaupun aku tahu mereka sama sekali tidak keberatan jika aku berkuliah di mana saja. 

Kegagalan demi kegagalan saat ini aku pikir itu adalah jalan terbaik yang Allah SWT berikan. Masih banyak jalur yang lainnya SBMPTN, Mandiri, semuanya akan aku coba tentunya dengan persiapan yang matang dan tanpa bermain-main lagi. Jika nantinya aku masih tidak lolos, berarti aku kurang berusaha dan berdoa atau mungkin bukan jalan yang terbaik untukku. Yang terpenting saat ini aku harus berusaha sampai titik darah penghabisan (haha) dan tentunya tidak lupa untuk selalu berdoa. Aku yakin pasti bisa!

If you're doing your best, you won't have any time to worry about failure. -Quoted in P.S I Love You, compiled by H. Jackson Brown Jr


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib