Langsung ke konten utama

Hujan Satu Desember

Dingin. Satu kata yang jelas terngiang dalam benakku. Bulir-bulir air bah turun perlahan membasahi kota Balikpapan. Entah hembusan angin seakan menusuk pori-pori kulitku  sama sekali tidak ku hiraukan. Aku menambah lagi laju sepeda motor yang tengah kukendarai bermaksud agar aku dengan segera dapat sampai di salah satu tempat bimbingan belajar yang cukup terkenal di Kota ini. 

Waktu menunjukkan pukul 19.01. Setelah memakirkan sepeda motor kesayanganku, aku segera menuju ruang kelas. Sungguh sejujurnya aku sama sekali tidak berniat mengikuti bimbel pada hari ini, namun teringat jika besok lusa akan menghadapi Ujian Akhir Semester. Otakku sudah sangat buntu hari ini, terlebih setelah mengerjakan ulangan harian fisika saat disekolah tadi. Persetan dengan hasil nya yang terpenting aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Aku lelah, otakku terkuras, sudah tidak mampu berpikir apa-apa lagi rasanya hanya ingin tidur. 

Hawa dingin masih menyelimuti diriku, pendingin ruangan membut tubuhku semakin membeku. Sweater yang aku kenakan sedikit basah akibat curahan hujan yang dengan sengaja membasahinya. Sampai saat ini konsentrasi ku masih terpusat oleh hawa dingin ini. Aku tidak begitu tertarik memerhatikan guru bimbel menjelaskan materi-materi tentang integral,vektor, matrik. Ah sudahlah! Menyebutnya saja membuat perutku mual. Aku bosan dengan matematika dan segala rumus-rumus itu. Aku tidak membencinya, aku hanya sedikit bosan dan jenuh melihat rangkaian rumus itu. Aku lelah, letih, penat dan sangat ingin pulang kerumah. Penyesalan demi penyesalan menyeruak dari hati ini. Mengapa aku harus pergi bimbel dengan kondisi seperti ini. Hanya buang-buang waktu saja. 

Lima menit sebelum bel tanda pulang berbunyi tiba tiba lampu mati begitu saja. Hollyshit!! umpatku dalam hati. PLN mematikan listrik? Hal yang paling aku benci, Situasi sangat gelap sampai aku tidak dapat melihat sekelilingku. Akhirnya semua yang berada diruangan itu memutuskan untuk bergegas pulang. Aku menyabet tasku dan berlalu meninggalkan ruangan gelap itu. 

Setibanya di parkiran, rupanya sedari tadi hujan tak kunjung reda dan aku hanya bisa melongo memperhatikan hujan itu turun tanpa kendali. Apa aku harus menunggu hujan reda? menunggu air bah yang semakin deras ini dan berharap agar sewaktu-waktu dapat berhenti. Kemudian aku memutuskan untuk menunggu dan duduk di salah satu kursi didekat motor-motor yang berjejer terparkir dengan rapi. Aku sangat benci menunggu, aku pikir ini adalah suatu tindakan yang sia-sia dan mengahabiskan waktuku saja. Lalu aku berubah pikiran, saat ini aku ingin menembus hujan dan menantangnya. Berulang kali aku tegaskan kepada diriku sendiri bahwa ini hanyalah hujan, hujan hanyalah air, titik titik air yang menurutku tidak begitu menakutkan. 

Akhirnya aku menembus hujan yang sangat deras di awal desember ini. Sekelibat pikiran terlintas, justru bukan titik-titik air mungil yang sangat banyak ini yang kutakutkan. Ada suatu hal yang lebih menakutkan dari sekedar hujan, dan genangan air di sepanjang ruas jalan yang bercelah. Suatu hal menyangkut masa laluku, Suatu hal yang tidak kusangka jatuh perlahan menghantam tanah menciptakan harmonisasi suara ketika berbenturan dengan apapun yang dikenainya layaknya hujan. Suatu hal yang kusebut sebagai Kenangan. Kenangan masa lalu bersama hujan, kenangan masa lalu bersama dia.

Dan dengan dinginnya malam, serta belaian angin dan cahaya redup rembulan yang tertutup oleh gumpalan awan berisi bulir bulir air yang turun seperti menangisi masa lalu. Hujan satu Desember mengingatkan ku akan kenangan masa lalu yang telah lama terkubur di palung hati yang terdalam. Merobek kembali luka yang dulu telah kering. Menyayat hati yang awalnya telah utuh kembali. Memaksakan ingatan yang seharusnya terlupa. Aku. Kamu. dan Hujan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Fakta-Fakta Menarik Bruno Mars

Siapa sih yg gg kenal sama BRUNO MARS???? Secara dia kaka ku.. hahaha :D Aku cuman mau kasih fakta^ menarik tentang dia :) Bruno tuh penyanyi terkenal yakan?? yadong?? pastinya! ketenarannya juga sudah di buktiin. example: ulang tahunnya aja jadi trending topic di twitter seluruh dunia. Banyak bgt yang ngasi ucapan . Ini nih fakta- faktanya. semoga bermanfaat :D 1. Nama Bruno Mars memang jauh dari nama aslinya, Peter Hernandez. Namun kisah di balik pemilihan nama panggung ini pun cukup unik. Bruno diambil dari nama seorang pegulat, dan karena dulu Bruno cukup chubby, maka sang ayah memanggilnya dengan nama yang sama. Sedangkan, Mars dipilihnya karena banyak gadis berpendapat Brunosangat 'out of this world! There you go, Bruno Mars. 2. Warna kesukaan Bruno adalah marun. Standard lah! jiakakakakk 3. Walau besar di Hawaii, Bruno adalah seorang pria berdarah Filipina dan Puerto Rico. 4. Bakatnya dalam seni sudah terlihat dari usia yang sangat dini. ...

Pergi dan Melepaskan

Tidak ada yang lebih menyakitkan dari perasaan yang tak kunjung diungkapkan. Perasaan yang hanya terpendam sebelum sempat tersampaikan. Meski kau rindu, tapi yang lalu sudah lah biar berlalu. Tak perlu kau tunggu, rasa itu su dah tak berlaku. Baik untukmu maupun untuknya. Namanya masih samar-samar kuingat. Kadang jelas, namun lebih sering kabur. Tawa nya renyah, serenyah fortune cookies yang sedang ketiban sial akibat kesalahpahaman membaca buku primbon milik eyang. Setidaknya malam ini aku merindukannya. Lagi. Walaupun tidak ku inginkan. Apa masih tentang dia, orang yang sama. Tidak juga. Kadang aku lelah bertanya apa maksudnya hati. Otak sudah tak sanggup memberi opini ketika hati menjejali serangkaian argumen tak masuk akal. Aku harap esok bayangnya enyah, setidaknya tidak ada lagi namanya di kepala ku. Yang kuyakini sudah lama terlupakan, nyatanya kadang masih terlintas sekelibat di pikiran. Salahku pergi tanpa alasan. Meski kubeberkan beberapa alasan masuk akal, tetap saja ia me...