Langsung ke konten utama

Love or Coffee?

Hai blogku, hai sahabat. Aku lagi galau akut yaaaa mungkin kedengarannya alay, tapi aku emang galau banget. Ini malam minggu, tanggal 5 April 2014. Biasanya orang-orang kalau malam minggu pasti hang out gitu kan entah  bareng temen, keluarga, pacar, selingkuhan, selir, mantan, aaaaaaaaaaaaaaaa pokoknya  gitu lah. Tapi beda sama aku yang Cuma duduk sendirian di kamar, sambil blogging dan nyeruput kopi. Kopi.. kopi.. kopi.. minuman terlezat didunia yang gak ada tandingannya *menurutkusih*.  Aku suka minum kopi akhir-akhir ini, dan itu sudah jadi salah satu kebiasaan yang mendarah daging. Kopi favorit aku ya tetap kopinya excelso lah. Kopi toraja gitulohh. Wkwkkwk. Ya aku tau sih sebenarnya kebanyakan minum kopi gak baik. Tapi salah orang tuaku juga yang nyediain kopi excelso dirumah banyak banget. By the way, di sini lagi hujan deras. Pas banget waktunya buat ngopi.  Hahhahahaa

Fyuhhhh cinta itu kaya kopi ya? Terasa pahit tapi bikin candu. Cinta itu memang kayak kopi  tergantung manusianya mau bikin kopi yang benar-benar pahit, hambar, gurih, manis atau seperti apapun  semua bisa sesuai selera. Kalau saat meminum kopi  kamu bisa menambahkan gula, krimmer, susu , atau mau menambahkan garam, lada, kecap, saus juga bisa kalau berminat.  Kalau cinta kamu bisa menambahkan perhatian, kasih sayang, dukungan atau mau menambahkan kecemburuan, kebohongan, penghianatan, kecurigaan juga bisa kalau berminat.

Lalu kamu lebih memilih kopi atau cinta?

Kopi dengan kepahitannya ia berlaku jujur, tidak menutupi dirinya walaupun segala tentang dirinya terasa pahit. Mau kamu tambahkan gula sebanyak apapun dalam kopimu, setiap orang tetap mengenal kopimu itu  dengan satu kata “KEPAHITANNYA”. Dan kita semua tau bahwa sepahit apapun kopi akan terasa manis jika kamu menginginkannya.


Cinta dengan kemanisan ia berlaku jujur,  tidak menutupi dirinya, walaupun segala tentang dirinya terasa manis. Kamu tambahkan sedikit saja kebohongan dalam cintamu, setiap orang tidak akan lagi mengenal cintamu itu dengan satu kata “KEMANISANNYA”. Dan kita semua tau bahwa semanis apapun cinta akan terasa pahit jika kamu menginginkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Ribu Delapan Belas -ku (2018)

Hari ini, 31 Desember merupakan hari terakhir di 2018. Lengkap sudah perjalanan waktu di tahun 2018, lembaran buku 365/365 ditutup dengan sempurna. Ada rasa haru, bangga, sedih, bahagia dan tentunya rasa syukur. Aku bersyukur ternyata tuhan masih menitipkan rezeki berupa kesehatan untuk ku dan beberapa orang terdekat terutama nenek, salah satu orang yang paling aku cintai di muka bumi ini. Baru saja aku menutup ponsel ku, menyelesaikan perbincangan dengan nenek, Ia bilang bahwa Balikpapan sudah berganti tahun, katanya ia merindukanku, nyatanya aku disini juga merasakan hal yang   sama. Selain itu beliau memberi tahu bahwa kolestrol dan asam urat nya telah normal. Kau tahu betapa bahagia nya aku saat mengetahui kabar tersebut? Jelas, sangat bahagia. Aku tidak akan menyangka bahwa tahun 2018 akan ditutup dengan semanis ini. Hari ini suasana di rumah menjadi jauh lebih hidup dari biasanya. Ada mama, papa, dan adikku. Aku suka sekali hari ini. Aku pikir kepulangan ku di rumah aka...

Hanya Dalam diam (?)

Aku lelah memendam terlalu lama, tapi aku bisa apa? ah sudahlah hahaha. Aku sayang sama dia, sayang banget tapi cuma dari jauh. Kita memang dekat tapi dia tau apa sih? Lagi pula ini juga karena aku sudah punya prinsip gamau pacaran selama SMA. Terserah orang mau bilang norak, tapi aku tetap pegang prinsip ku. Bukankah hidup pilihan? Dan aku sudah memilihnya, aku memilih jalanku dan aku gak akan nunjukin ke dia kalau aku sebenernya diam diam suka bahkan sayang sama dia. Sebenarnya capek punya perasaan kaya gini. Apalagi aku sendiri gatau, dia suka apa enggak sama aku. Tapi bukan itu yg jadi pertanyaan. Pertanyaan nya itu gimana caranya biar aku bisa move on dari dia. Aku capek kaya gini terus. Aku ngerasa aku terlalu banyak mengamatinya dari kejauhan. Aku tau banyak tentang dia mulai dari kehidupannya, kesukaannya, gebetan nya, orang yang dia suka. Aku tau banyak hal tentang dia. Karena dia begitu dekat sama aku. Dan yaaah entahlah. Bagaiamana cara mengenyahkan perasaan ini. Dia itu ...

Pergi

Kamu masih tidak mengerti bahkan ketika aku beranjak pergi. Sepagi ini aku menulis bait kalimat yang tidak begitu berarti. Bait tentang sisa kebersamaan kita, yang berakhir tanpa alasan dan begitu saja. Aku melupakan mu dan kau melupakan ku. Sesederhana itu. Sangat tidak benar. Masalah hati tidak pernah sederhana. Ini bukan perihal keegoisan sepihak, tapi bagaimana cara menyelamatkan hati yang hampir hancur seutuhnya. Biarkan dia hancur sebagian, jika diteruskan percayalah akan lebih sakit dari ini. Apa kau telah hancur? Aku tidak yakin, rasanya hanya aku yang begitu. Bukan maksud hati menyesali yang telah pergi, aku tidak akan meminta mu kembali. Hanya memintamu mengerti. Bandung, Rabu 11 Mei 2016 05:43 wib