Kamu
yang kemarin, apa masih sama? Atau berbeda? Aku tidak tahu pasti. Katanya tidak
sama lagi. Katanya telah bertransformasi menjadi wujud yang lain. Lantas dengan
apa aku bisa percaya? Katamu ingin membantu ku bertumbuh, janji mu tidak akan
pergi.Kau rangkai cerita tentang kita esok hari, katamu melengkapi saja tidak
cukup. Kau ingin bertumbuh, sama dengan ku. Apa kita bertumbuh? Terlepas benih
yang kau pilih, aku cenderung hati-hati memaknai pilihan-pilihan mu. Satu
dasawarsa masih tidak cukup untuk tahu isi kepala mu. Aku, aku tak merasa
diistimewakan, sama saja seperti yang lalu. Bisa jadi karena terlalu terbiasa.
Kau mungkin malu atau sungkan. Tidak mengapa meskipun sejujurnya pahit. Berulang
kali dikepala ku ingin menyudahi karena aku masih berpikir tentang kesia-siaan.
Tapi aku bodoh malah memintamu untuk tinggal. Aku memilihmu, lalu menyumpahi
diri ku, karena tidak pernah bisa menjadi cukup baik untukmu. Menyakitkan. Aku
benci berprilaku buruk padamu, namun tetap ku lakukan dengan konsekuensi menjadi pembenci
diri sendiri. Kalau besok aku pergi, semata-mata karena aku ingin belajar
mencintai diriku dengan tidak menambah beban harus memikirkan mu yang seolah-olah
menjadi korban ku. Rumit. Sejak kapan mencintai bisa dengan sederhana? Omong
kosong! Aku harap kau segera pulih. Aku rindu. Aku berserah, kadang aku
terlampau berani untuk memintamu pada tuhan. Entah apa aku pantas, aku hanya
berharap langit setidaknya mendengarkan dan malaikat mengamini.
Bandung,
15 Juli 2019
4.33
WIB (setelah pengerjaan TA)
Komentar
Posting Komentar